
Syarat pertama dipilih adalah dikenal. Walau sudah dikenal belum tentu dipilih. Urutannya: dikenal, disukai, dipilih. Popularitas, likeabilitas, elektabilitas. Simple, kan?! Ga juga sih 😄
Di tulisan sebelumnya telah disampaikan bahwa agar punya popularitas, butuh 2 langkah utama: Exposure dan Awarness. Tulisan kali ini fokus membahas “exposure” saja, terutama di ranah social media. Tentang “awarness” akan dibahas ditulisan berikutnya.
Tujuan “exposure” adalah agar politisi memiliki publisitas sebesar-besarnya. Minimal lebih besar dari kompetitornya. Makin ter-expose semakin bagus.
Apa Alat UKUR-nya?
Kalau di ranah social media, saya menggunakan beberapa ukuran. Pertama, seberapa besar “audience” dan “audience growth” dari akun official politisi. Term “audience” ini terkait dengan jumlah “likes” pada FB Fanspage dan/atau jumlah “followers” pada channel akun sosial media lainnya seperti Instagram dan Twitter. Bahkan saya mempertimbangkan TikTok untuk #pilkada2020. Sepertinya bakal seru. 😁
Kedua, saya juga mengukur perolehan dari setiap postingan. Jumlah “likes/loves/views”, jumlah “comments”, dan jumlah akun yang “shares” postingan tersebut. Tidak hanya tiap postingan, tapi juga untuk periode postingan tertentu, misalkan untuk 100 postingan terakhir. Saya masukkan pembobotan dari setiap hasil postingan tersebut untuk mengukur popularitas online. Bobot terbesar untuk “shares”, menyusul “comments”, lalu “likes”. Terakhir diukur juga “reach” dari postingan tersebut.
Untuk setiap ukuran di atas tentu dibandingkan dengan kinerja tim digital dari politisi lainnya (kompetitor). Dan saya memaksa tim saya untuk selalu meraih posisi teratas. Kecuali saya sedang menyiapkan strategi “kejutan” buat tim digital kompetitor. 🤭
Ketiga, saya juga mengukur tingkat keterlibatan atau respon netizen terhadap setiap postingan akun official politisi. Ada “engagement/post” yang mengukur jumlah respon tiap postingan, termasuk mengukur “engagement rate”-nya. Dan bila memungkinkan, saya akan mengukur jumlah “mention” di beberapa channel social media yang bersifat publik. Engagement ini diperlukan untuk mengetahui behavior dari netizen lokal. Minat dari netizen lokal bisa dilihat disini. Postingan apa yang mereka sukai. Dan layak untuk ditingkatkan kualitas dan kuantitas postingannya.
Saat #pileg2019 kemarin, ditemukan fakta menarik. Untuk netizen yang berasal dari dapil Bengkulu sangat menyukai postingan terkait dengan konten-konten kuliner dan travelling. Sedangkan untuk netizen yang berada di dapil Sumut-3 sangat antusias bila postingan caleg-nya berisi konten terkait pemberantasan korupsi dan narkoba. Unikkan?! 😁
Apa KONTEN Terbaik?
Bila belum memiliki data terkait konten apa saja yang menarik buat netizen lokal, maka bisa dilakukan berbagai jenis konten untuk tahap testing. Untuk perkenalan awal, sebaiknya gunakan konten dengan “Tema Humanis”. Yakni, terkait dengan hal-hal yang menarik minat manusia. Misalkan kuliner, fashion, beuty, travelling, budaya, olah raga, musik, kesenian, komunitas, keluarga, UMKM, potensi alam, keunikan lokal, dan banyak hal lainnya. Testing juga bisa dilakukan dengan mencoba berbagai design tampilan postingan yang sesuai “selera” dengan netizen lokal. Juga termasuk testing untuk pilihan kata yang paling pas dengan budaya setempat.
Setelah dirasakan puas dengan hasil postingan testing sebelumnya, maka konten harus mulai mengenalkan politisi secara lebih intens. Untuk pengenalannya, bisa dilakukan dengan 2 cara berbeda berdasarkan latar belakang politisi. Yakni, politisi lama (petahana) dan politisi baru (penantang). Keduanya perlu ditangani secara sangat berbeda.
Untuk politisi-petahana, modal popularitasnya sudah ada. Sehingga yang diperlukan adalah menggali kembali apa yang menjadi “nilai jual” beliau di masa lalu. Sekaligus menggali informasi “hasil kerja” yang beliau lakukan selama memangku jabatan tertentu. Ini harus dikemas secara sangat baik untuk kemudian dipublikasikan secara massif di social media.
Untuk politisi-penantang, proses branding harus ditangani lebih serius. Perlu ditemukan “value” yang signifikan sehingga layak untuk “dijual”. Segala informasi terkait politisi, latar belakang, prestasi, dan mimpi terkait masa depan dapilnya perlu dikemas dengan sangat baik dan terasa tulus.
Bagaimana CARA Mempublikasikannya?
Sederhananya, ada 2 cara, organik dan non-organik. Untuk yang organik, bisa dilakukan dengan berbagai hal, yakni: membangun website dan mengelola SEO-nya, membangun tim opini melalui puluhan blogs, membangun ratusan tim buzzer dengan followers netizen lokal, bekerjasama dengan influencers dan endeasors yang memiliki followers netizen lokal yang tinggi. Sedangkan untuk yang non-organik, kita bisa menggunakan iklan di Facebook dan Instagram.
Pembahasan terkait hal ini bisa panjang sekali, bisa dibuat dalam beberapa tulisan. Saran saya, bisa cari artikel yang bersifat teknis untuk mempelajari lebih dalam terkait cara mempublikasikan konten di social media yang efisien dan efektif. Baik organik, maupun non-organik. Saya sendiri lebih fokus pada strateginya, urusan teknis saya serahkan pada para partner saya yang terdiri dari startup digital marketing yang dimotori para milenial. Mereka jauh lebih hebat dari saya. Saya suka bekerjasama dengan orang-orang hebat. Dan berharap dapat melahirkan pemimpin hebat di semua daerah yang saya bantu. Itu cita-cita saya membangun bisnis Katapedia. Semoga Allah ridho. 😇
Terima kasih telah membaca dan membagikan tulisan ini. Semoga bermanfaat. 🙏😊
PS:
Video terlampir adalah salah satu cara untuk menaikkan exposure saya saat menjadi caleg kemarin. Narasinya terkait pemberdayaan UMKM. Targetnya mendapatkan engagement dari netizen dengan minat yang sama. Konten diiklankan selama 1 pekan dengan biaya 5 juta. Diperolah hampir 20 ribu views, dan hampir 100 undangan untuk sosialisasi di berbagai lokasi di kabupaten Asahan yang menjadi dapil saya. Oh ya, saya jadi caleg hanya 1,5 bulan terakhir. Jadi bukan menang targetnya. Karena untuk menang, minimal harus melakukan kerja pemenangan selama 6 bulan.
More Stories
DIGITAL ACTION [Langkah#7 Digital Political Marketing]
DIGITAL COMMITMENT [Langkah#6 Digital Political Marketing]
DIGITAL PREFERENCE [Langkah#5 Digital Political Marketing]