Februari 18, 2020

Politisi Muda

kandidat #pilkada2020 usia dibawah 40 tahun dan artikel digital political marketing

Tahapan Digital Political Marketing [Sebuah Pengantar]

Saat tergabung di Tim Digital Anies-Sandi, terus-terang saya belum belajar tentang konsep 7-Steps-of-Political-Marketing yang terkenal itu. Bahkan saya tidak tahu siapa penemunya. 😁

Konsep 7-Steps-of-Political-Marketing baru saya terapkan untuk klien-klien saya yang ikut menjadi caleg di #pileg2019. Dan penerapannya saya lakukan dengan menggunakan Facebook, Instagram, Whatsapp, dan berita online lokal.

Bahkan saya membuatkan dokumen khusus buat semua Tim Digital Marketing yang membantu saya menghandle para caleg: Panduan Postingan Akun Official Caleg. Terdiri 39 slide presentasi, sebagai “kitab suci” untuk memenangkan para caleg di social media.

Dokumen tersebut berdasarkan konsep 7-Steps-of-Political-Marketing yang dikonversikan ke social media. 7 langkah tersebut dikelompokkan dalam 3 tahapan penting, yakni: Popularitas, Likeabilitas, dan Elektabilitas. Mari kita telaah sekilas tiap tahapan dan langkah-langkahnya.

Tahap Pertama, POPULARITAS. Ini langkah awal. Ada 2 langkah penting ditahap ini: Exposure dan Awarness. Tanpa langkah ini, maka tak akan ada langkah-langkah berikutnya. Jangan mimpi bakal terpilih. 😎

Langkah pertama, Exposure, tujuannya mendapatkan publisitas yang sebesar-besarnya. Makin ter-expose, makin baik. Untuk proses digital marketing, maka expose dilakukan dengan menggunakan 2 cara, organik dan non-organik. Organik berarti kami membangun tim buzzer, dan bekerjasama dengan influencer yang followers-nya ada di wilayah calon pemilih klien kami. Non-organik berarti kami beriklan di Facebook & Instagram. Dengan target netizen di daerah pemilihan (dapil) calon pemilih caleg kami. Tentu harus dibuat target yang terukur dalam melakukan exposure secara digital. Budget iklan wajib disiapkan.

Langkah kedua, Awarness. Saya sebut “sadar caleg”. Ini proses memperkenalkan caleg ke netizen yang berada di dapilnya. Proses pengenalannya tergantung hasil riset di dapil tersebut. Ada 2 pendekatan penting untuk pengenalan politisi. Yang pertama untuk pemilih rasional, dan yang kedua untuk pemilih emosional. Untuk pen-caleg-an, saya lebih banyak porsinya memilih yang kedua.

Tahap Kedua, LIKEABILITAS. Bagaimana caranya agar politisi tersebut disukai. Tentu setelah terkenal lebih dulu di tahapan sebelumnya. Untuk tahap ini, butuh 3 langkah: Expectancy, Engagement, dan Preference.

Langkah ketiga, Expectancy. Ini proses untuk membuat netizen di dapil caleg mempunyai harapan tertentu terhadap caleg tersebut. Kami harus menciptakan “harapan” tersebut. Proses ini akan berbeda sekali penanganannya untuk Caleg-Petahana (yang sudah pernah menjadi anggota legislatif di periode sebelumnya) dengan Caleg-Pemula (yang belum pernah menjabat sebelumnya).

Langkah keempat, Engagement, Keterikatan. Di langkah ini, akun official caleg perlu intens berinteraksi dengan netizen di dapilnya. Dan tentu saja, proses ini juga harus sinkron dengan proses interaksi caleg dengan calon pemilihnya saat ada di lapangan selama proses sosialisasi darat berlangsung.

Engagement bisa dibangun secara emosional maupun rasional. Tergantung hasil riset. Berdasarkan pengalaman kami, engagement secara emosional jauh lebih kuat efeknya, karena ini dapat melahirkan netizen yang menjadi Relawan Digital yang tangguh, kelak. Ini yang sangat asyik. 😄

Langkah kelima, Preference. Tujuannya untuk menyelaraskan antara apa yang menjadi faktor utama calon pemilih dalam menentukan pilihannya. Karena banyaknya caleg yang berputar di kepala calon pemilih, maka perlu diketahui, berdasarkan apa saja mereka memilih. Apakah karena kekuatan narasi dan kharisma caleg? Apakah karena partai yang menjadi kendaraan caleg? Atau berdasarkan pilihan calon presiden dari caleg?

Setelah melewati 2 tahapan penting dengan 5 langkah yang wajib dihandle secara baik, maka masuk ke tahapan yang paling menentukan: ELEKTABILITAS. Di tahapan ini, ada 2 langkah sangat penting yang perlu dilakukan: Commitment dan Action.

Langkah keenam, Commitment. Bila semua langkah sebelumnya berjalan dengan baik, maka hasilnya akan sangat menentukan keberhasilan di langkah ini. Targetnya terbentuk sejumlah Relawan Digital yang siap untuk menyebarluaskan konten-konten yang sudah kami siapkan di semua jaringan socmed mereka: FB, IG, dan WA. Tentu Relawan Digital yang tercipta sudah berdasarkan proses seleksi yang panjang dan bertahap, agar militan dan bebas dari penyusup.

Langkah ketujuh, Action. Bila konsep awalnya menyatakan langkah ini adalah memastikan calon pemilih memilih caleg kita, maka untuk ranah dunia digital bisa bergerak lebih jauh. Targetnya adalah agar seluruh Relawan Digital yang telah terbentuk di langkah sebelumnya bisa melakukan aktifitas Users Generated Content, yakni para Relawan Digital membuat konten sendiri di akun social medianya masing-masing. Terutama saat “masa tenang”-nya KPU, ini adalah masa-sangat-tidak-tenang-nya di social media. Bikin berisik sebanyak mungkin. 😂😂

Kira-kira begitu sekilas tahapan dan langkah dalam mem-branding politisi di social media. Sesuai dengan subjudulnya, tentu tulisan ini hanya sebuah pengantar. Kelak, akan saya tuliskan tiap langkahnya dalam tulisan khusus. Lengkap dengan contoh kasusnya yang telah kami praktekkan. Catat ya, yang kami praktekkan! 😁😎

Semua tahapan dan langkah diatas kami jalankan selama 6 bulan. Tiap tahapan dijalankan selama 2 bulan. Sayangnya tidak semua caleg kami bersedia bersabar mengikuti prosesnya. Dari 10 caleg, hanya 7 caleg saja yang bertahan sampai akhir, dan 4 caleg yang berhasil lolos ke parlemen.

Semua tahapan di atas saya sebut layanannya sebagai “Digital Political Marketing”. Khusus untuk klien #pilkada2020, saya tambahkan layanan Digital Guerilla Warfare. Yang terakhir ini pernah dijalankan di Pilgub DKI Jakarta 2017 dan Pilgub SUMUT 2018. Semoga ada manfaatnya bagi bangsa. 😇

Terima kasih udah bersedia membaca dan membagikan tulisan ini. 🙏😇