Februari 24, 2020

Politisi Muda

kandidat #pilkada2020 usia dibawah 40 tahun dan artikel digital political marketing

DIGITAL PREFERENCE [Langkah#5 Digital Political Marketing]

Langkah terakhir yang penting dilakukan di tahapan meningkatkan LIKEABILITAS bagi politisi adalah Preference. Ini semacam acuan dasar, pilihan rasa, terhadap hal yang disukai pada politisi. Biasanya, preference ini mengacu pada 2 faktor, yakni faktor partai pendukungnya (party) dan/atau faktor politisinya sendiri (candidate).

Saat #pileg2019 kemarin, faktor partai pendukung diwakili oleh pilihan calon presidennya di #pilpres2014. Bagi caleg yang berada di dapil dengan pendukung calon presiden yang sesuai dengan partai-nya caleg, maka saya sarankan foto capresnya juga dimasukkan dalam postingan akun social media caleg tersebut. Namun, bila berbeda, maka caleg harus bekerja lebih keras lagi agar pemilih di dapilnya benar-benar memilihnya karena faktor pribadi caleg tersebut. Ini berat dan mahal. Hahaha

Untungnya, faktor partai pendukung tidak menjadi sangat dominan di #pilkada2020. Calon pemilih akan lebih kuat preferensi-nya ke faktor politisi-nya sendiri. Untuk itu perlu dicari beberapa faktor lain yang bisa menjadi preferensi baru bagi calon pemilih agar menyukai politisi tersebut.

Beberapa preferensi lainnya terkait dengan: jaringan komunitas yang bisa digerakkan politisi tersebut, organisasi yang mendukungnya, dukungan tokoh lokal, pencapaian prestasi di level lokal dan nasional, dukungan birokrasi, dan banyak dukungan lainnya. Tulisan ini tidak membahas itu semua. Saya hanya akan bahas yang terkait ranah media sosial saja. Dunia digital!

Dalam 1-2 bulan terakhir ini, kami memberikan masukan kepada beberapa politisi yang merupakan bakal calon bupati dan bakal calon walikota yang akan bertarung di #pilkada2020. Masukan tersebut bertujuan menemukan cara yang paling tepat bagi politisi untuk meningkatkan popularitas dan likeabilitas-nya dalam 2-3 bulan ke depan. Termasuk usulan preference yang perlu digunakan di akun social media politisi tersebut. Ini beberapa contoh usulannya.

Pertama, bagi politisi yang sudah dikenal cukup luas, maka untuk meningkatkan digital preference-nya perlu membuat postingan yang terkesan “natural” dan menampilkan “sisi lain” dari keseharian politisi tersebut. Ini akan menarik minat netizen untuk mengetahui aspek humanis dari politisi tersebut.

Kedua, bagi politisi yang belum dikenal luas, maka perlu melakukan kunjungan dan berfoto bersama dengan para tokoh nasional yang sangat disukai dan dikagumi oleh netizen yang merupakan calon pemilih politisi tersebut. Politisi akan naik level kesukaannya dikarenakan terangkat dari level kesukaan calon pemilih terhadap tokoh nasional tersebut.

Ketiga, politisi perlu membuat postingan yang terkait dengan “gerakan sosial” yang ada di masyarakat. Baik itu berhubungan langsung dengan gerakan yang telah dipelopori oleh komunitas lokal yang ada, maupun pembentukan komunitas baru yang memiliki program sosial yang disukai di daerah pemilihan tersebut.

Keempat, politisi juga perlu membuat postingan terkait “behind the scene” dari bentuk publisitas resmi yang telah diluncurkan. Apakah terkait dengan video visi-misi, pemberitaan yang sempat viral, atau aksi-aksi yang diliput oleh media lokal dan nasional. Karena pada dasarnya netizen suka “kepo” dengan apapun yang dibalik sebuah peristiwa yang terpublikasi secara luas.

Kelima, politisi perlu mengumpulkan dukungan netizen lokal yang sudah mulai muncul di social media. Dukungan tersebut dikemas ulang untuk kemudian diposting di akun official politisi. Ini akan berefek positif baik pendukungnya maupun pertemanan pendukungnya. Makin banyak, makin baik.

Keenam, kami juga mengusulkan kepada politisi untuk mempertimbangkan channel social media selain facebook dan instagram untuk meraih simpati dan kesukaan yang lebih luas. Untuk beberapa politisi dengan jargon-jargon yang bersifat emosional dan menyenangkan, maka kami mengusulkan untuk penggunaan channel social media yang sesuai, misalkan TikTok. Hahaha

Ketujuh, Kedelapan, Kesembilan … Nanti akan dibeberkan setelah pesta demokrasi #pilkada2020 berakhir. Untuk saat ini biarlah menjadi rahasia dapur Katapedia. Hehehe

Terima kasih atas waktunya yang berharga.

PS:

Bapak Nasril Bahar adalah contoh caleg yang berhasil memanfaatkan preferensi pemilih capres tertentu dan partai tertentu untuk memilih beliau. Aktifitas sosial di lapangan selalu disosialisasikan via social media dengan menyertakan 2 preferensi tersebut.